Minggu, 31 Oktober 2010
SUCCESS STORY'85 DI DIES NATALIS KE-30
‘Success Story’ adalah salah satu bentuk acara yang digagas oleh Panitia Dies Natalis FISIP USU ke-30 pada Tanggal 26 Oktober 2010 yang baru lalu di Aula Kampus tercinta. Kriteria ‘sukses’ bukanlah masalah materi, tetapi lebih pada integritas pribadi para pembicara untuk yang memiliki prinsip hidup dan selalu konsisten dengan hidupnya tersebut, sehingga dapat menjadi contoh tauladan di masyarakat luas. Selain itu diharapkan ‘individual skill’ mereka setidaknya dapat menginspirasi alumni FISIP USU lainnya untuk memajukan nama baik almamater tercinta.
Setelah melakukan rapat yang cukup melelahkan, panitia Dies Natalis akhirnya memilih empat nama yang dianggap ‘representative’ dalam menebarkan ilmu pengetahuan dan pengalamannya kepada civitas akademika FISIP USU sebagai pembicara pada acara bergengsi ini. Kempat pembicara tamu tersebut adalah; Prof .DR. Subilhar, MA, Drs. Henry Saragih, Drs. Arif Liasta Ginting dan Drs. Siswoko, MDS.
Prof. Subilhar mewakili bidang akademis mengatakan, bahwa kalau susah itu hal biasa, tetapi marilah kita berusaha agar tidak susah dalam hidup dan kehidupan. Karenanya belajar dan belajar lagi merupakan alternative yang tidak boleh ditawar-tawar dalam meningkatkan mutu kehidupan pribadi maupun almamater. Sejarah pendidikan dari S-1, S-2, S-3 dan gelar professor yang disandangnya merupakan sebuah catatan panjang dengan segala perjuanagan dipaparkan dengan santai dan mendalam. Beberapa perinsip dasar kehidupannya menginspirasi beberapa mahasiswa yang hadir untuk berfikir dan bertanya tentang filosofi hidupnya.
Sementara itu Drs. Henry Saragih yang mewakili NGO (Non Government Organitation), menceritakan kegigihan dan konsekuensinya untuk memajukan petani Indonesia. Sebagai anak petani dan liku-liku kehidupan membawanya keliling dunia bertemu dengan para pejabat dan presiden beberapa negara. Jabatan yang disandangnya kini adalah; Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) selain sebagai anggota pada ‘La Via Campesina, International Peasant Movement’ atau ‘Gerakan Petani Internasional’.
Drs.Arif Liasta Ginting, sebagai perwakilan FISIP 85 menguraikan betapa dia berani mengambil keputusan, setelah bekerja mapan sebagai fotographer terkenal di Femina Group Jakarta. Hengkang kembali ke Medan untuk membuat suatu ‘lapangan pekerjaan’ baru dan sekaligus membagi ilmunya kepada civitas akademika Fisip USU pada mata kuliah ‘fotography’. Padahal selaku fotographer papan atas di Jakarta langganannya seperti; para selebrities, pejabat dan orang terkenal lainnya tak luput dari hasil ‘jepretan’ kameranya. Arif, dengan motttonya, “tahun ini satu studio foto dibangun, tahun depan harus tujuh studio selesai” merupakan tokoh yang energik dan memiliki semangat yang tak kunjung pudar meskipun mengalami beberapa tekanan dan hambatan dalam hidupnya.
Kesan yang paling mendalam menurutnya adalah ketika disuruh memilih antara profesionalisme pada satu sisi dengan hubungan keluarga disisi lain. Ketika adiknya sakit dirumah sakit, dia harus memilih melakukan tugas foto kepada ‘client’ atau menunggu adiknya yang terbaring lemah dirumah sakit. Dia tetap ‘kekeuh’ untuk bertindak professional memotret dalam keadaan adik tersayangnya sakit dirumah sakit, meskipun dengan berlinangan air mata.
Pembicara lainnya adalah Drs. Siswoko, MDS. Alumni FISIP 85 ini juga bercerita mengenai sepak terjang angkatan 85 yang ketika pertama ikut perkuliahan selalu memegang motto “kalau orang lain tidur, kita harus sudah bangun…kalau orang bangun, kita harus sudah jalan…kalau orang tersebut jalan, kita harus lari…dan kalau dia lari, kita harus terbang…!” Menunjukkan semangat yang luar biasa dalam memegang perinsip hidupnya. Dalam perjalanan kariernya, motto tersebut tetap konsisten dipegangnya erat. Dia selalu menginspirasi rekan-rekan FISIP 85 untuk ‘maju’ secara bersama-sama. Mulai dari; komika, majalah kampus Humanika, seminar, pameran buku, English club dan beberapa kegiatan angkatan 85 yang ketika itu dianggap ‘ekstrim’ dan tidak umum selalu dimotori bersama teman-temannya.
Meskipun bergerak dan sudah bekerja di Badan Intelijen Strategis (BAIS) dan dalam posisi aman. Namun karena perinsip itu pula, alumni ’Univeristy of New South Wales Australia’ ini hengkang dan bergabung pada perusahaan Total E&P Indonesie yang bergerak di bidang oil and gas yang bermarkas di Paris sampai sekarang. Kinipun, angkatan 85 masih tetap kompak dan solid, terbukti bulan Mei 2011 nanti Reuni Alumni Angkatan 85 bertajuk PULKAM III “Pulang Kampung Ke-3” kembali diadakan di Bali diorganisir oleh Quarta Sirait dan Andy Mesera setelah sebelumnya dilakukan di Berastagi dan Parapat.
Setelah para pembicara melakukan orasinya, dilanjutkan dengan beberapa sessi tanya jawab oleh sekitar 300-an peserta yang kebanyakan civitas akademika FISIP USU. Acara dibuka dan ditutup oleh Dekan FISIP USU dan dilanjutkan dengan pemberian plakat dan cinderamata sebagai kenangan.
Bravo FISIP USU, semoga dapat mewarnai peta politik Indonesia kedepan. ..!!!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar